Selasa, 18 September 2012

Cerpen


Tiga Sekawan
Dahulu kala, hiduplah seekor ibu babi dengan tiga orang anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya. Anak yang kedua, sangat rakus dan tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan saja. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia adalah anak yang rajin bekerja.
Suatu saat ibu babi berkata pada anak-anaknya, “Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri dan buatlah rumah masing-masing.”
Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan didirikannya. Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari jerami.
Si bungsu berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan.”
“Oh, iya, ya. Kalau begitu aku akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada angin,” kata si anak kedua.
Setelah selesai si bungsu kembali berkata, “Kalau rumah kayu, talau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul.”
Si kakak menjadi marah, “Kau sendiri lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan datang.”
Si Bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang dua kakaknya, lalu mereka pergi kerumah ibu babi.
“Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri,” ujar ibu babi.
Kedua kakak si bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape.” Gerutu mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka amit kepada ibu mereka. Dalam perjalanan tiba-tiba seekor serigala membuntuti mereka. “Aku akan memakan babi malas yang tinggal dirumah jerami itu,” kata serigala.
Ketika sampai di depan pintu, si ulung langsung menendang pintu. “Buka pintu!” teriaknya. Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintunya. Tetapi serigala lebih cerdik, ia langsung meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan kerumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anan babi yang sedang berpelukan karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu.
“Cepat kunci pintunya! Nanti kita dimakan!” kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah,” kata si bungsu sambil tertawa.
Ketika serigala sampai, ia langsung menendang, mendobrak berkali-kali tapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidakmpernah datang lagi.
Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola ladang-ladang mereka. Si sulung dan si tengah sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.

0 komentar:

Posting Komentar